TUNTONG LAUT (BATAGUR BORNEOENSIS)
oleh: Agung Prabowo
Kerajaan
|
Animalia
|
Divisi
|
Chordata
|
Kelas
|
Reptilia
|
Urutan
|
Testudines
|
Keluarga
|
Geomydidae
|
Marga
|
Batagur
|
Tuntong laut atau Batagur Borneoensis
merupakan salah satu reptil terlangkah di dunia. Di Indonesia, tuntong laut
termasuk satu diantara 7 reptil paling langkah dan terancam punah berdasarkan
PP. No. 7 Tahun 1999. Bahkan Wildlife Concervation Society dan Turtle
Concervation Coalition, memasukkan tuntong laut dalam Top 25 Endangered
Tortoise nand Fershwater Turtles. Daftar 25 kura-kura terlangkah di dunia
adalah sebagai berikut:
- Abdington Island Tortoise (Chelonoidis Abingdonii)
- Yangtze Giant Softshell Turtle (Rafetus Swinhoei)
- Yunan Box Turtle (Cuora Yunnanensis)
- Nothern River Terrapin (Batagur Baska)
- Burmese Roof Turtle (Batagur Trivittata)
- Zhou’s Box Turtle (Cuora Zhoui)
- McCord’s Box Turtle (Cuora Mccordi)
- Yellow-headed Box Turtle (Cuora Aurocapitata)
- Golden Coint Turtle (Cuora Trifasciata)
- Ploughshare Tortoise (Astrochelys Yniphora)
- Burmese Star Tortoise (Geochelone Platynota
- Roti Island Snake-necked Turtle (Chelodina Mccordi)
- Asian Narrow-headed Softshell Turtle (Chitra Chitra
- Vietnamese Pond Turtle (Mauremys Annamensis)
- Central American River Turtle (Dermatemys Mawii)
- Madagascar Big-headed Turtle (Erymnochelys Madagascariensis
- Red-crowned Roofed Turtle (Batagur Kachuga)
- Southern River Terrapin (Batagur Affinis)
- Sulawesi Forest Turtle (Leucocephalon Yuwonoi)
- Western Swamp Tortoise (Pseudemydura Umbrina)
- Hoge’s Side-necked Turtle (Mesoclemmys Hogei)
- Geometric Tortoise (Psammobates Geometricus)
- Philippine Forest Tortoise (Sibenrockiella Leytensis)
- Magdalena River Turtle (Podocnemis Lewyana)
- Painted Terrapin (Batagur Borneoensis)
Selain itu, reptil yang dilindungi di
Indonesia tuntong laut juga menyandang status Spesies Critically Endangered
dari UICN Redlist serta terdaftar sevagai apendiks II CITES.
Tuntong laut dalam beberapa bahasa
daerah disebut sebagai beluku, tuntong semangka dan tuntung (Sumatra),
kura-kura jidat merah (Kalbar), tumtum (Kaltim). Dalam bahasa inggris dikenal
dengan Painted Terrapin, atau Three-striped Batagur. Sedangkan nama ilmiah
hewan ini adalah Batagur Borneoensis yang mempunyai sinonim Callagur
Borneoensis dan Emys Borneoensis.
Diskripsi Tuntong Laut
Tuntong laut merupakan salah satu jenis
kura-kura yang lebih banyak hidup di air payau. Karapas tuntong laut berukuran
maksimal sekitar 60 cm. Tuntong laut jantan memiliki tiga garis hitam yang
membujur sepanjang karapas, sedangkan pada betina berwarna coklat ke abu-abuan.
Kepala betina berwarna coklat sedangkan jantan memiliki kepala berwarna abu-abu
atau putih.
Tuntong laut (Batagur Borneoensis)
memakan daun, tunas, buah mangrove, dan kerang. Telurnya berukuran 68-76 x
36-44 mm yang diletakkan di sarang yang dibuat di pantai. Dalam satu sarang
terdapat antara 12-22 butir telur. Suhu kelembapan penetasan (hatchery)
disarankan tetap menjaga suhu (27-32) oC dalam pengukuran kedalaman
25 cm. Telur tidak akan berkembang baik jika kekurangan suhu atau penetasan
yang terlindungi dari sumber cahaya alami. Di tumpukan pasir tempat tuntong
laut menanam telurnya, sinar matahari umumnya penuh menyinari pasir sepanjang
hari. Permukaan pasir pada siang hari sendiri dapat mencapai 44 oC.
Usia penetasan telur tuntong laut berkisar antara 2,5-3 bulan. Sebagian besar
aktifitas dilakukan di dalam air dan hanya sesekali berada di luar air dan
berjemur di pinggir sungai atau diatas batang-batang kayu.
Habitatnya adalah muara, anak sungai,
hutan bakau dan daerah lain yang masih dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Sedangkan daerah sebaran alami tuntong laut meliputi Brunei Darussalam,
Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Di Indonesia tuntong laut ini mendiami
daerah pesisir pantai di pulau Sumatera dan Kalimantan.
Ancaman dan Konservasi
Populasi tuntong laut (Batagur
Borneoensis) tidak diketahui secara pasti. Namun berbagai pihak meyakini terus
mengalami penurunan. Ancaman yang mengakibatkan penurunan populasi tuntong laut
terutama diakibatkan oleh perburuan dan perdagangan satwa baik daging, karapas,
telurnya, maupun anakannya untuk dijadikan hewan peliharaan. Selain itu, hilang
dan rusaknya habitat mulai dari pantai, sungai, hutan bakau, pun menjadi salah
satu penyebab semakin langkahnya reptil ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar